var _gaq = _gaq || []; _gaq.push(['_setAccount', 'UA-5966951-12']); _gaq.push(['_trackPageview']); (function() { var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true; ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js'; var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s); })();



HOME

Selamat Datang

Sabtu, 15 Januari 2011
RIM sudah siap dengan Solusi Akses ke Secure Data buat India. Analisis dan Rekomendasi buat Pemerintah RI
RIM diberitakan sudah siap dengan Solusi Akses Secure Data di BlackBerry Messaging (BBM) dan Email via BlackBerry Internet Server (BIS) yang berfungsi sebagai Proxy Server untuk layanan pelanggan BlackBerry di India, sebelum deadline tanggal 31 Januari 2011.

Sedangkan untuk layanan BlackBerry Enterprise Server (BES) RIM tidak bisa menyediakan akses Secure Data kepada Pemerintah India, sebab yang mengendalikan enkripsi datanya adalah para pelanggan BES itu sendiri, yaitu para Korporasi/Perusahaan besar yang berlangganan layanan ini. Ini adalah urusan antara Otorits Keamanan Pemerintah India dengan para Korporasi pelanggan BB sendiri, bukan urusan antara RIM dan Otorita Keamanan India.

Pemerintah India tidak menuntut RIM untuk melakukan Blocking atau Filtering konten yang dilewatkan melalui BIS, berbeda dengan tuntutan dari Pemerintah RI yang meminta Filtering/Blocking konten pornografi. Hal ini sudah disanggupi oleh RIM kepada Pemerintah RI.

Perlu difahami bahwa layanan BES sangat jarang dipakai baik di India maupun di Indonesia, sebab umumnya para pelanggan adalah pelanggan individu/retail, bukan pelanggan Korporasi atau Perusahaan dan lagi pula tarif-nya juga jauh lebih mahal.

Sedangan atas tuntutan India, seperti juga Indonesia, bahwa RIM harus meletakkan Server-nya di India, oleh RIM dijawab bahwa tuntutan itu tidak dapat dipenuhinya dengan alasan teknis bahwa Sistem Sekuriti yang digunakannya tidak memungkinkan hal itu dilakukan. Sistem ini identik digunakan RIM diseluruh dunia, bagi semua negara. Mungkin Pemerintah perlu meminta rincian Sistem Security RIM ini secara lebih detail, apakah memang secara teknis tidak mungkin.

Namun demikian sampai dengan berita ini ditulis, Pemerintah India belum memberikan komentar atas solusi yang ditawarkan oleh RIM itu.

Analisis Layanan RIM/BlackBerry di Indonesia:
  1. Dalam kasus RIM vs India, RIM siap dengan solusi Akses Secure Data yang ada di BIS dan BBM messaging, namun untuk data yang di BES (Enterprise Server), mereka mengatakan bahwa kewenangan untuk membuka Secure Data di Server Enterprise ada di Perusahaan-perusahaan pengguna BES itu, bukan di BlackBerry/RIM. Untuk meminta Secure Data maka Otoritas Keamanan harus memintanya dari para perusahaan itu langsung. Ini dapat dilakukan tanpa harus pasang Server BB di negara India (ataupun Indonesia).
  2. Kami ingin berbagi pengalaman menarik pada hari Jumat y.l. tanggal 14 Januari 2011 saat ada Pertemuan Koordinasi tentang "Green ICT" di Kementrian BUMN yang dipimpin oleh bapak Farhan Helmy, Sekretaris Mitigation Working Group Dewan Nasional Perubahan Iklim. Sampai dengan 2-minggu y.l. beliau adalah satu-satunya pejabat di Kementrian BUMN yang belum memiliki ponsel BlackBerry, sehingga semua kawan2 lainnya mengeluhkan sulitnya ber-koordinasi dengan beliau. Akhirnya pak Farhan memutuskan untuk beli cicilan perangkat ponsel tercanggih BlackBerry yang ada, yaitu BlackBerry Storm, agar bisa berkoordinasi yang lancar di Kementrian BUMN.
  3. Situasi di Kementrian-kementrian lainnya dari Kabinet Indonesia Bersatu jilid-II kami perkirakan tidak jauh berbeda, ponsel canggih BlackBerry adalah perangkat yang paling efektif dan efisien untuk koordinasi bisnis. Kami perkirakan pak SBY juga memakainya, selain dari Apple iPad yang beliau pakai untuk berpidato atau Press Release. Ini adalah kenyataan bahwa betapa pentingnya Layanan BB di Indonesia.
  4. Pemerintah Indonesia memakai strategi untuk "menjerat" RIM agar mau sharing revenue dengan Indonesia melalui interpretasi Peraturan Perundangan Indonesia bahwa bisnis RIM ini termasuk bisnis ISP, sehingga RIM harus terdaftar sebagai ISP resmi dangan konsekuensi membayar BHP, Ppn, PPh, CSR, dsb.
  5. Pada awal perjanjian Kerjasama antar RIM dengan para Operator Seluler Indonesia, RIM dianggap sebagai Penyedia Aplikasi/Konten, bukan sebagai Operator ISP, karena RIM memanfaatkan jaringan ISP para operator Seluler ini, dan hanya menjual perangkat-perangkat ponsel BlackBerry di Indonesia. Jadi kalau ada kesalahan klasifikasi tentang model bisnisnya, ini bukanlah kesalahan RIM, tetapi kesalahan Operator Seluler mitra kerjanya di Indonesia.
  6. RIM merasa bahwa pihaknya telah memenuhi ketentuan perundangan Indonesia, yaitu membuka kantor cabang, memperkerjakan karyawan Indonesia, menampung developer software aplikasi BB asal Indonesia, membayar Bea Masuk, dan pajak2. RIM juga berjanji akan melakukan blocking/filtering konten pornografi yang melalui Server BIS.
  7. Lalu apakah para Operator Seluler mitra RIM itu merugi dalam menjalankan bisnis RIM di Indonesia dengan sharing revenue sesuai perjanjian mereka? Sebenarnya juga tidak, sebab besar kecil-nya profit operator Seluler itu ditentukan oleh besar-kecilnya tarif mereka ke pelanggan BB Operator Seluler masing-masing. Kalau mereka banting harga rendah demi meraih jumlah pelanggan yang makin besar, tentu bisa-bisa juga mereka menjadi rugi.
  8. Namun demikian, permintaan Pemerintah/Para Operator Seluler agar RIM membangun Server di Indonesia juga ada benarnya, untuk menghemat biaya transmisi data LN ke Kanada. Dari informasi, penggunaan data para pelanggan BB itu adalah sebanyak 100 Mbytes/pelanggan/bulan. Kalau ada 3-juta pelanggan maka besarnya data yang hrus disalurkan per bulan adalah 300 Terabytes, yang disalurkan melalui saluran data LN dengan kecepatan minimal 2 Gigabit/detik dari tiap operator Seluler. Jadi kalau Server RIM ada di Indonesia, maka akan ada penghematan sekitar 50%-nya.
  9. Yang cukup mengagetkan kita adalah pertumbuhan jumlah pelanggan BlackBerry di Indonesia yang mencapai 50.000 pelanggan per bulan. Ini adalah sebuah bisnis yang sangat menggiurkan, sebab aplikasi BB adalah "Killer Application" seperti yang kami sebutkan pada posting sebelumnya.

Rekomendasi buat Pemerintah RI:
Lalu apakah rekomendasi kita pada perundingan dengan RIM pada hari Senin 17 Januari 2011?
  1. Menutup layanan BB bagi 3-juta pelanggan Indonesia bukanlah sebuah langkah yang bijaksana. Akan sangat banyak anggota masyarakat Indonesia yang merasa sangat dirugikan dengan kebijakan ini.
  2. Memberikan argumentasi yang kuat kepada RIM bahwa membangun Server RIM di Indonesia dapat menghemat biaya kedua-belah pihak, memperlancar layanan, dan sekaligus juga dapat memenuhi persyaratan "Lawful Interception" secara lebih mudah. Jadi ini adalah sebuah solusi yang WIN-WIN.
  3. Menetapkan bisnis Aplikasi BB di Operator Seluler sebagai bisnis ISP adalah kurang tepat, sebab tidak ada pasal atau ayat khusus yang menyebutkan tentang masalah ini dalam peraturan perundangan Indonesia saat ini. Penetapan ini adalah merupakan interpretasi sepihak, sebab diantara para pakar telematika masih ada perbedaan pendapat yang cukup tajam. Melakukan pemaksaan penetapan Layanan BB sebagai sebuah ISP dapat menimbulkan perlakuan yang DISCRIMINATORY, dan dapat membuat masyarakat dan para Investor takut melakukan innovasi dan kreativitas bisnis di Indonesia. Ini juga membuat takut pengusaha-pengusaha bisnis Internet Global untuk hadir secara fisik di Indonesia, seperti Salesforce.com, Google.com, Yahoo.com, Microsoft Exchange, HotMail, Apple.com, Nokia.com, dan lain-lainnya, sebab sewaktu-waktu mereka akan bernasib serupa dengan BB, dianggap sebagai ISP melalui interpretasi sepihak Peraturan Perundangan Indonesia yang ada.
  4. Lebih baik Pemerintah segera menyusun Peraturan Perundangan Baru yang akan mengatur bisnis-bisnis Aplikasi/Layanan yang serupa dengan BB ini, dengan pertimbangan bahwa Indonesia saat ini sudah memasuki Era CLOUD COMPUTING, dimana akan muncul innovasi-inovasi dan kreativitas-kreativitas baru yang dimungkinkan dengan hadirnya Cloud Computing ini, seperti layanan Software-as-a-Service (SaaS), Software-as-a-Platform (SaaP) dan Software-as-an-Infrastructure (SaaI).
  5. Mengajak RIM untuk bekerjasama dalam membangun industri manufaktur TIK dalam negeri, seperti membangun pabrik ponsel canggih BB di Indonesia dengan sasaran harga ponsel yang lebih murah namun dengan fitur yang tidak kalah canggih, bermitra dengan mitra-mitra lokal yang cukup mampu, seperti XIRKA, Panggung Elektronik, TRT, Hariff, PT INTI, LEN, IMO, ASUS, dll. Kalaupun RIM tidak bersedia, maka kita dapat bermitra dengan Vendor Global lainnya, seperti Samsung, Nokia, Huawei, ZTE, dan NEXIAN. Ini akan menggerus layanan RIM/BB di Indonesia dan menggantikannya dengan layanan tandingan yang didukung Pemerintah.
Silahkan ditanggapi dan semoga bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara.


Label: , ,

3 Comments:

Analisis Layanan RIM/BlackBerry di Indonesia
menuru saya, ada point yang terlalu naif, yaitu dimana seorang pejabat akhirnya harus membeli BB supaya bisa berkordinasi. padahal untuk kordinasi, kan bisa sms-an, atau bisa lewat email, atau bisa langsung di telepon, atau bisa juga chat. saat ini IT kan sudah memberikan banyak kemudahan, tinggal kita yang mimilih, tanpa harus tergantung pada yang lain.

Untuk rekomendasinya, saya setuju pak... saya rasa itu solusi yang bagus buat kita semua.

salam
rito

16 Januari 2011 pukul 11.07  

Pak Rito yth
Trims atas tanggapannya. BlackBerry memang terbuti sangat convenient bagi penggunanya, sebab berbagai email dan messaging, seperti BBM, SMS, YM, dll bisa langsung dimonitor, dibaca dan dijawab dari satu Folder tanpa repot dan berbelit. Selain itu, BB bisa dipakai untuk scheduling/kalendar, menyimpan dan membaca file2 MS Office tanpa kesulitan. Jadi praktis BB adalah sebuah mobile office yg lengkap.Makanya ponsel ini dapat dipakai sebagai tool untuk Telework atau Homeworking yg bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas nasional, menghenat BBM, mengurangi kemacetan jalan2 di kota besar..
Wassalam,
Sumitro R

16 Januari 2011 pukul 14.12  

:-) mungkin atmosfernya terlalu hangat jadi tertuang "harus membeli BB untuk berkordinasi". Tapi memang harus di akui, RIM dengan black berry nya merupakan tools yang sangat nyaman. Hal ini sepertinya juga tidak lepas dari QoS nya yang sangat handal, hingga link GPRS yang hampir "punah" saja dapat di-utilisasi dengan sangat powerful. Untuk itu saya sepakat pak, selain membenahi perangkat regulasinya, usul beberapa rekan2 untuk mengembangkan "indonesian-BB" perlu didukung secara maksimal. Semoga sedikit "kekisruhan" ini dapat dijadikan momentum untuk kemajuan ICT indonesia, amin..

Trims pak..
Salam,
Chaerul.

16 Januari 2011 pukul 21.58  

Posting Komentar

<< Home